Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Friday 19 June 2015

PERTANYAAN TINGKAT TINGGI JENJANG SEKOLAH DASAR


Sudah menjadi hal yang umum jika siswa jenjang Sekolah Dasar (SD) dituntut untuk menghafal materi. Teori yang mendukung diantaranya terkait masa-masa keemasan dilalui manusia dalam usia tersebut, sehingga anak sangat mudah dan cepat dalam menghafal sesuatu. Selain itu, hal yang dipelajari di SD merupakan hal-hal dasar yang nantinya sangat mungkin dimanfaatkan jangka panjang (nama hari, bulan, tahun kabisat, huruf dan angka, dll), sehingga jenjang SD  terutama kelas bawah sangat dianjurkan untuk menghafal materi.

Awalnya takterpikirkan sama sekali menuntut siswa Sekolah Dasar (SD) berpikir tingkat tinggi. Anggapan yang demikian perlu diluruskan. Pertanyaan tingkat tinggi bukanlah pertanyaan yang rumit untuk dijawab, melainkan rumit untuk dibuat. Namun sekali lagi, kesulitan itu hanyalah awal yang lama-kelamaan akan terhapus oleh keterbiasaan. Yang terpenting, guru harus mencoba dan memulai membuat. Karena hal yang paling sulit dilakukan adalah memulai sesuatu.

Pada posting-posting sebelumnya telah dijelaskan indikator-indikator berpikir tingkat tinggi untuk jenjang SMP dan SMA. Indikator-indikator tersebut antara lain, mengaitkan untuk kemampuan analisa, menilai untuk kemampuan evaluasi, dan mengkreasi untuk kemampuan sintesa. Indikator-indikator tersebut tentu terlalu kompleks untuk siswa jenjang SD. Oleh karena itu, perlu menyederhanakan kata kerja operasional (KKO), agar lebih memudahkan guru menyusun pertanyaan tingkat tinggi. Berpikir tingkat tinggi tidak hanya dilakukan di sekolah. Orang tua pun, dapat melatih anak di rumah.

Sejauh yang telah saya pelajari, sementara ini baru bisa menyajikan pertanyaan tingkat tinggi kemampuan C5 (evaluasi) dan C6 (sintesa). Untuk kemampuan sintesa, indikator sederhana untuk jenjang SD yaitu membedakan, mengelompokkan, dan mengurutkan. Berikut akan disajikan beberapa contoh untuk jenjang kelas bawah (I, II, III SD).
1. Manakah jenis kendaraan yang berbeda? (Mobil, sepeda motor, perahu, becak. Kemampuan membedakan mata pelajaran  IPS kelas III SD).
2. Kelompokkan benda-benda berikut berdasarkan bentuknya! (Kemampuan mengelompokkan mata pelajaran matematika kelas II).
3. Perhatikan gambar di bawah! Urutkan bangun datar berikut dari jumlah sisi yang sedikit! (Kemampuan mengurutkan mata pelajaran matematikan kelas II SD).
Selanjutnya, indikator kemampuan sintesa untuk jenjang SD disederhanakan, salah satunya menjadi kemampuan menyusun sesuatu. Hal yang perlu digaris bawahi, guru atau orang tua dilarang mendikte siswa/anak dalam menyusun. Jika hal itu dilakukan, kemampuan yang dialami siswa/anak akan berubah menjadi kemampuan meniru (kemampuan terendah tingkatan berpikir:C1). Guru/orang tua hanya sebagai pendamping/fasilitator. berikut salah satu contohnya.

1. Perhatikan daftar huruf berikut:
  P K E U L R B I A G N

Susunlah beberapa kata baru yang mungkin terbentuk dari daftar kata di atas!

Untuk membuat pertanyaan yang menuntut siswa berpikir tingkat sintesa, guru harus membuat pertanyaan dengan jumlah kemungkinan jawaban bervariasi. Berpikir tingkat tinggi bagi anak juga dapat dilakukan di rumah dengan dampingan orang tua. Permainan-permainan di rumah, beberapa ada yang menuntut anak berpikir tingkat sintesa, salah satu contohnya ialah lego.

Terbatasnya pengetahuan saya terhadap materi sangat memengaruhi  jumlah pertanyaan tingkat tinggi dibahas pada postingan kali ini. Untuk membuat pertanyaan tingkat tinggi jenjang SD jauh lebih sulit dibandingkan jenjang SMP dan SMA, sehingga saya sangat berharap partisipasi guru terutama SD untuk sharing soal yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi untuk jenjang SD. Saran dan kritik sangat saya harapkan, semoga bermanfaat.

Thursday 11 June 2015

PERGURUAN TINGGI, DUNIA BARU BAGI SISWA CALON MAHASISWA


Perguruan tinggi merupakan dunia yang sangat berbeda dengan dunia sekolah. Saat memasuki dunia perguruan tinggi, sikap tanggungjawab seseorang akan diuji. Terlebih bagi mahasiswa yang berkuliah di luar kota. Mengapa demikian? Akan banyak waktu luang bagi mahasiswa, karena jam belajar/kuliah di kampus lebih sedikit dengan waktu yang terpisah-pisah. Kondisi yang demikian tentu sangat berbeda dengan pendidikan di sekolah yang terjadi dalam satu waktu berkelanjutan dari pagi hingga siang hari. Oleh karena itu, sangat perlu memersiapkan sikap dan perilaku tanggungjawab sebelum memasuki pendidikan di perguruan tinggi.

Perbedaan selanjutnya ialah terkait keorganisasian. Kegiatan keorganisasian melatih bagaimana seseorang hidup bermasyarakat. Melatih tanggungjawab  dan bersosialisasi dengan teman-teman anggota lainnya. Seorang anak telah dilatih berorganisasi sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam sebuah organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Kondisi demikian ini juga kembali dialami siswa ketika masuk sekolah menegah atas (SMA). Namun, kondisi organisasi di perguruan tinggi sangatlah berbeda. 

Terdapat tiga jenis organisasi dalam perguruan tinggi, yakni terkait bakat minat (intra kampus nonpemerintah), organisasi intra kampus kepemerintahan, dan organisasi ekstra kampus. Organisasi bakat minat dijenjang SMP dan SMA biasa disebut ekstrakurikuler, jika di perguruan tinggi disebut UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa). Beberapa contoh UKM antara lain: Bela diri (Merpati putih, Karate, Taekwondo, dll), Kesenian (Musik, kentrung, ludruk, dll), Olahraga nonbeladiri (Voli, futsal, sepak bola, takraw), kedisiplinan (Resimen mahasiswa, Pramuka), dan beberapa kegiatan lain seperti fotografi, KSR (PMR), dll. Berbeda dengan ekstrakurikuler sekolah, UKM mengelola dan mengusahakan sendiri kebutuhan rumah tangga organisasinya, sehingga gerak dan kekompakan anggota sangatlah diperlukan. 

Organisasi jenis kedua yakni ekstra kampus. Organisasi ekstra kampus dapat berbentuk perkumpulan mahasiswa sesuai daerah asal atau organisasi keagamaan. Mengikuti  organisasi perkumpulan menurut daerah asal, memungkinkan para mahasiswa baru (maba) belajar banyak dari kakak-kakak mahasiswanya. Karena dunia perguruan tinggi sama sekali baru bagi maba, maka banyak hal yang perlu dipelajari. Beberapa contohnya terkait bidang akademis seperti cara menyusun Kartu Rencana Studi (KRS), memilih mata kuliah semester tertentu, pengajuan proposal karya ilmiah, hingga hal-hal lain seperti strategi mendapatkan beasiswa, istilah-istilah perguruan dalam perguruan tinggi dan bagaimana bertahanan hidup (kondisi jalan sekitar kampus, pekerjaan paruh waktu, makanan dan lokasi kost aman nyaman murah meriah, dll).

Organisasi ekstra kampus selanjutnya yakni organisasi keagamaan. Contoh jenis oganisasinya antara lain: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan lain sebagainya. Dalam organisasi tersebut pastinya kita akan mendapat siraman rohani berupa materi keagamaan dalam periode harian atau mingguan. Seperti halnya UKM, organisasi keagamaan juga mandiri dalam mengurus rumah tangga organisasinya. Organisasi ini juga melatih mahasiswa berpolitik sehingga  taksedikit orang eksekutif partai nasional dan dewan terhormat senayan terlahir dari organisasi-organisasi tersebut.

Organisasi jenis ketiga yakni intra kampus berbasis pemerintahan. Organisasi serupa juga ditemukan pada jenjang SMP dan SMA, yang hanya berupa OSIS. Kondisi organisasi intra kampus lebih mengadopsi lembaga pemerintahan nasional. Terdiri dari HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan), Badan Eksekutif Mahasiswa tingkat fakultas (BEMFA) dan universitas (BEM U), Dewan Mahasiswa Fakultas (DMF), Komisi Pemilihan Fakultas (KPF), dan lain sebagainya.


Jenis organisasi eksekutif kampus mirip dengan badan eksekutif pemerintah. Tingkat HMJ dipimpin oleh ketua HMJ, BEMFA oleh ketua BEMFA, dan BEM U oleh Presiden Mahasiswa. Setiap pemimpin organisasi tersebut dipilih secara demokrasi melalui pemilu raya. Sama persis dengan proses pemilu pada umumnya, saat pemilu raya akan banyak kegiatan kampanye, dialog dan reklame para calon di area dalam kampus.


Gambaran di atas hanyalah sebagian kecil contoh. Apapun jenis organisasi yang nanti kita ikuti pasti membawa banyak manfaat, baik sekadar mengasah bakat minat, mencari teman baru ataupun relasi. Hal yang perlu digarisbawahi, mengikuti  organisasi membutuhkan komitmen yang tinggi, karena harus pandai-pandai membagi waktu untuk bidang akademis maupun bidang organisasi yang kita ikuti.

Yang jelas, saat masuk dunia perguruan tinggi kita akan dihadapkan pada tiga pilihan, yakni hanya menekuni bidang akademis, bidang organisasi, atau bahkan mungkin keduanya. Apapun jalan yang kita pilih akan menjadi cara kita mengabdi pada bangsa. Entah mengabdi melalui bidang akademik yang kita kuasai atau pun mengabdi melalui kebijakan-kebijakan politis saat sudah menjadi wakil rakyat dan politisi.

Demikian, semoga bermanfaat. Apa yang tertulis di atas hanyalah secuil yang saya ketahui dan alami saat masih di perguruan tinggi. Kritik dan saran sangat saya harapkan.

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.