Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Thursday 19 May 2016

FENOMENA BENTUK ALIRAN SUNGAI BUKTI EKSISTENSI RUANG

Sungai yang terbentuk secara alami, ternyata memiliki pola aliran yang berbeda. Di suatu kawasan terkadang kita menemukan aliran yang cenderung lurus, namun di wilayah lainnya terkadang kita temukan sungai yang berkelok-kelok.

Sebuah fenomena yang sangat menarik untuk kita pelajari bersama, mengingat menurut Seminar Lokakarya IGI Semarang, geografi didefinisikan sebagai studi tentang persamaan dan perbedaan fenomena geosfer yang dipandang dari sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan. 

Selain itu dalam pidato pengukuhan  guru besar bidang pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang, Prof. Edy Purwanto juga menekankan bahwa pembelajaran geografi hendaknya dilakukan secara tuntas. Tuntas yang dimaksud ialah mengkaji objek material (Ilmu hidrologi/jenis-jenis sungai) kemudian dilanjutkan dengan objek formal (penekanan eksistensi ruang), karena fenomena bentuk aliran sungai tak akan lepas dari pengaruh ruang dimana sungai itu terbentuk.

(Apa sih bedanya Eduprivat dan bimbel-bimbel lainnya? Yuk intip, silakan klik di sini!)
(Pendaftaran bimbingan belajar Eduprivat klik disini!)

Dari definisi dan penekanan Prof. Edy Purwanto tersebut tentu tak berlebihan jika  kita mengenalkan peserta didik dengan jenis-jenis sungai beserta contoh fenomenanya. Lantas faktor apakah yang menyebabkan perbedaan bentuk aliran sungai tersebut?

Aliran sungai berkelok (Kalimantan) dan Aliran sungai Lurus (Jawa)
Sungai terbentuk secara alami oleh tenaga eksogen (erosi) yang terjadi dalam kurun waktu sangat panjang. Oleh karena itu, proses pembentukan sungai tak lepas dari  faktor yang memengaruhi laju erosi. Berikut dua faktor yang memengaruhi bentuk aliran sungai.

Formasi lapisan batuan
Formasi lapisan batuan memiliki pengaruh besar terhadap bentuk aliran sungai, karena aliran air sebagai tenaga pengikis pasti lebih mudah menggerus formasi batuan yang labil dibandingkan yang stabil.

Kita ambil contoh sungai di kawasan Kalimantan dan Jawa.  Terdapat perbedaan  formasi batuan antara Pulau Jawa dan Kalimantan. Menurut struktur geologinya, Pulau Jawa merupakan wilayah yang dilalui pegunungan muda dengan formasi batuan yang masih labil, sedangkan Pulau Kalimantan merupakan kawasan pegunungan tua dengan formasi batuan yang sangat stabil.

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aliran sungai di Pulau Jawa cenderung lurus diakibatkan oleh batuan yang masih muda (rapuh) sehingga mudah tererosi dan arah pengikisan lurus, lancar tanpa halangan. Berbeda dengan kondisi di Jawa, di Kalimantan memiliki formasi batuan yang stabil. Hal yang demikian akan menjadi halangan aliran air sebagai tenaga pengikis, sehingga ketika aliran air bertemu dengan batuan yang sulit untuk dikikis, maka aliran akan berbelok mencari formasi batuan yang lebih rapuh. Kondisi inilah yang mengakibatkan bentuk aliran sungai di Kalimantan  berkelok-kelok.

Derajat Tingkat Terjun Air 
Derajat tingkat terjun air erat kaitannya dengan verval dan verhang.  Verval didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian antara mata air (kawasan hulu) dan muara sungai (kawasan hilir). Sedangkan Verhang adalah perbandingan verval per km. Sederhananya, derajat tingkat terjun air dapat diartikan sebagai kecuraman wilayah aliran sehingga akan memengaruhi kekuatan dan arah pengikisan. 

Saat aliran sungai terdapat di kawasan yang curam, maka aliran cenderung mengikis secara vertikal dan mengakibatkan bentuk sungai yang lurus (kawasan hulu), sebaliknya pada kawasan tengah dan hilir, kecuraman semakin kecil sehingga aliran air cenderung mengikis secara horisontal/menyamping,akibatnya membentuk pola aliran yang berkelok-kelok.

Dari kedua faktor tersebut tentu tak lepas dari eksistensi ruang. Lokasi ruang yang berbeda, tentu mengakibatkan perbedaan bentuk aliran sungai. Perbedaan bentuk aliran sungai hanyalah secuil contoh fenomena terkait geosfer. Tentu masih sangat banyak fenomena terkait hidrosfer dan bahkan terkait geosfer yang pasti sangat menarik jika disampaikan saat pembelajaran. Demikian, semoga bermanfaat, kritik, saran dan tambahan sangat kami harapkan, Terimakasih. 

Tuesday 5 January 2016

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK MATERI FENOMENA LAUT KEMAMPUAN ANALISA DAN EVALUASI

Pembelajaran geografi ternyata tak semembosankan apa yang banyak orang pikirkan. Hanya dengan menyisipkan pendekatan khas geografi/geografi eye ternyata tak hanya membuat materi lebih menarik, tetapi juga dapat memunculkan berpikir tingkat tinggi.

Sebelumnya telah kita bahas contoh pembelajaran geografi berpikir tingkat tinggi melalui pemanfaatan ilmu bantu geografi (Baca:Menggeografikan Ilmu Bantu Demografi). Kali ini akan kita bahas contoh menyajikan berpikir tingkat tinggi melalui pendekatan keruangan materi fenomena gelombang laut.

Materi lengkap fenomena gelombang laut melalui pendekatan geografi telah dibahas dalam postingan sebelumnya. (Baca:Pendekatan Keruangan Materi Fenomena Gelombang Laut) perhatikan gambar lembar kerja berikut.


Lembar kerja untuk peserta didik sebaiknya mencantumkan langkah kerja dan bahasa yang mudah dipahami guna meminimalkan pertanyaan peserta didik yang dikhawatirkan memakan banyak waktu.

Waktu beraktivitas umumnya sekitar 60 menit. Masing-masing 30 menit untuk kerja kelompok, 20 menit selanjutnya presentasi hasil kerja, dan 10 menit terakhir untuk tanya jawab dan penarikan kesimpulan. Tugas pertama peserta didik ialah mengisi tabel dan mencoret kata yang tidak perlu.  Penting disampaikan pada peserta didik bahwa pengisian tabel harus secara horisontal agar muncul aktivitas mengaitkan.

Jika siswa baru pertama kali menghadapi lembar kerja yang demikian umumnya akan kebingungan saat mengerjakannya. Oleh karena itu fungsi guru sebagai fasilitator/pedamping sangat diperlukan saat itu.
Setelah tabel terisi dengan tepat, peserta didik mendeskripsikan dengan kalimat sederhana kaitan antara jenis pantai, kondisi, lokasi, kecepatan angin, dan kekuatan ombak pada kolom keterangan. Pengisian keterangan harus berdasarkan isi tabel. Untuk memudahkan pengisian tabel dengan tepat peserta didik perlu membaca tabel secara horisontal dan menghubungkan dengan konjungsi seperti jika, maka, sehingga, dsb. Berikut contoh lembar kerja yang telah diisi.


Pertnyaan yang tercantum dibawah memiliki beberapa tingkatan kemampuan berpikir. Soal pertama merupakan tuntutan menganalisa yakni mengaitkan kondisi pantai dan kekuatan gelombang. Selanjutnya soal kedua menuntut siswa menilai kesesuaian kondisi pantai dan pemanfaatannya. Kemampuan menilai identik dengan kemampuan analisa. Lalu soal ke tiga menuntut peserta didik mengaitkan kondisi pantai Utara Jawa dan kemanfaatannya bagi manusia. ketiga pertanyaan tersebut dapat dikerjakan sekaligus saat menyelesaikan tabel atau juga digunakan untuk kegiatan evaluasi di akhir pembelajaran.

Pembelajaran menggunakan lembar kerja umumnya membantu peserta didik menghilangkan kebosanan. Ceramah/penjelasan guru tetap diperlukan saat membuka materi dan penarikan kesimpulan di akhir pembelajaran. Demikian sedikit yang dapat saya sampaikan. Mohon saran dan kritik dan semoga bermanfaat.


Friday 1 January 2016

PENDEKATAN KERUANGAN MATERI FENOMENA GELOMBANG LAUT

Dua hari ke depan, semester genap akan segera dimulai. Sudahkah Bapak dan Ibu guru geografi menyiapkan materi menarik terkait pembelajaran geografi secara tuntas? Beberapa kali telah kita bahas contoh-contoh mengenai pembelajaran geografi tuntas, salah satunya mengkombinasikan objek material yang umum dipelajari melalui ilmu bantu, kemudian menambahkan objek formal, pendekatan keruangan sebagai sudut pandang khas geografi.

Kali ini akan kita bahas mengenai bagaimana menuntaskan pembelajaran terkait kelautan. Dalam memelajarinya, geografi dibantu oleh ilmu oceanografi. Materi ini dipelajari di ujung semester genap yakni pada kompetensi dasar dinamika hidrosfer dan dampaknya terhadap kehidupan.

Dalam memelajari hifrosfer, peserta didik kembali dihadapkan pada banyak teori-teori tentang sungai, danau, laut,dan pantai yang terkesan bersifat hafalan. Agar pembelajaran menjadi lebih menarik, maka perlu ditekankan pada persamaan dan perbedaan fenomena geosfer yang memang tercantum dalam definisi geografi menurut seminar dan lokakarya IGI semarang.

Surfing membutuhkan ombak yang besar
sumber gambar: jogja.tribunnews.com
Terdapat beberapa fenomena laut yang dipelajari dalam dinamika hidrosfer, salah satunya terkait gelombang air laut. Mengutip pendapat Prof. Edy bahwa kondisi fisik  berbeda-beda pada setiap wilayah. Fenomena yang terjadi di suatu wilayah belum tentu sama dengan yang terjadi di wilayah lain. Ombak pun demikian, kondisi ombak di pantai berbeda-beda karena pengaruh ruang/lokasinya.

Salah satu contoh ialah perbedaan kondisi ombak di Pantai Utara dan Selatan Jawa. Pantai Selatan Jawa memiliki ombak lebih besar dan kuat dibanding pantai utara. Penjelasannya cukup sederhana. Penyebab utama terjadinya ombak ialah angin, dan besar kecilnya ombak dipengaruhi oleh kecepatan angin. Semakin besar kekuatan angin, maka semakin besar pula ombak yang terjadi.

Pulau sebagai penghambat angin berpengaruh besar terhadap kekuatan ombak di Pantai Selatan dan Utara Jawa
Sumber:google earth

Kondisi pantai Selatan Jawa menghadap Samudera Hindia tanpa ada halangan pulau-pulau. Minimnya halangan mengakibatkan angin bertiup lebih kuat dan menyebabkan ombak yang besar. Sebaliknya, pantai Utara Jawa menghadap Laut Jawa dan banyak pulau-pulau. Akibatnya, kecepatan angin teredam, sehingga ombak yang terjadi di kawasan Pantai Utara Jawa pun lebih kecil/lemah.
Pelabuhan membutuhkan laut tenang untuk memperlancar aktivitas (Tanjung Emas Semarang)
sumber:id.wikipedia.org

Selain itu, dalam pembelajaran fenomena ombak tersebut juga dapat disisipkan kaitan terhadap kehidupan manusia. Sebagai contoh pemanfaatan pantai untuk surfing umum dilakukan di Pantai Selatan dibanding pantai Utara Jawa karena ombak yang lebih besar. Selain itu, kondisi ombak yang tak terlalu kuat di Pantai Utara Jawa lebih potensial dibangun pelabuhan-pelabuhan kecil maupun besar.

Demikian sedikit pengetahuan terkait implementasi pendekatan keruangan dalam memelajari gelombang air laut. Semoga dapat diterapkan dalam pembelajaran dan semoga bermanfaat.


Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.