Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Thursday 23 April 2015

Paradigma Hafalan Geografi



Menghafal merupakan tingkatan terendah kemampuan berpikir manusia. Namun seolah sangat sulit dilakukan karena jumlah yang dihafalkan terakumulasi pada banyak bab dan mata pelajaran. Meskipun kemampuan terendah, kemampuan hafalan mendominasi jenis soal-soal saat ujian.
Salah satu korban hafalan ialah mata pelajaran Geografi. Sudah tertanam sejak lama tentang  anggapan bahwa geografi  merupakan ilmu hafalan. Pernah waktu masih mengajar SD, saya ditanya oleh guru kelas VI tentang perbatasan bagian Barat, Timur, Selatan, dan Utara negara Belanda. Saya pun syok, karena sama sekali tidak tahu. Lagipula apa manfaatnya menghafal perbatasan negara orang?
Hafalan sama sekali bukan jati diri Geografi. Berpedoman pada Pidato Pengukuhan Guru Besar, Dosen favorit saya semasa kuliah (Prof. Edy). Hakikat Geografi ialah: (1) Selalu memandang dari sudut keruangan; (2) memelajari ilmu bantu dan memanfaatkannya; (3) Memelajari persamaan dan perbedaan Fenomena Geosfer; dan (4) Selalu mengaitkan apa yang dipelajari dan pengaruhnya terhadap manusia. Keempat cirri tersebut sama sekali tidak mennyinggung soal menghafal materi.


Materi perbatasan negara Belanda akan lebih menarik jika diubah demikian. ”Saat Seseorang berwisata ke Belanda, akan kurang lengkap jika tidak berkunjung ke negara-negara di sekitarnya. Bentuk Benua Eropa yang tidak dibatasi lautan luas memudahkan wisatawan mencapai negara-negara Eropa lainnya bahkan hanya dengan Kereta Api. Hal itu tentu sangat berbeda dengan kondisi Indonesia yang dibatasi oleh banyak dan luasnya lautan sehingga akses antar pulau bahkan dalam sebuah negara masih sulit dijangkau oleh wisatawan.
Belanda sebagai salah satu negara maju sering di bahas dalam mata pelajaran geografi baik dijenjang SD, SMP, hingga SMA. Untuk perubahan materi seperti contoh di atas dapat diterapkan pada semua jenjang. Sebuah materi pasti dapat memunculkan soal. Dua materi tersebut, akan melahirkan dua pertanyaan yang sangat jauh tingkatannya. Namun jenis pertanyaan tingkat tinggi lebih tepat diterapkan pada jenjang SMP maupun SMA.
Pada materi hafalan akan memunculkan pertanyaan. “Sebutkan secara lengkap perbatasan benua Eropa!”, sedangkan materi dua akan memunculkan pertanyaaan, “Mengapa saat berwisata ke Eropa, wisatawan lebih mudah menjangkau beberapa negara sekaligus dibandingkan saat wisata ke Indonesia?”

Pertanyaan pertama hanya menuntut siswa untuk mengingat, sedangkan pertanyaan kedua menuntut siswa mengaitkan fenomena tersebut dengan kondisi wilayah (analisa). Kemampuan menghafal merupakan terendah, sedangkan kemampuan analisa merupakan kemampuan level 4 (taksonomi Bloom). Dari contoh di atas tentu Anda bisa menilai mana yang lebih menarik, tidak membebani, dan berkualitas. Masih tegakah Anda, para guru mewajibkan siswa menghafal?

  2 comments:

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.