Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Saturday 28 November 2015

KOMPETENSI INTI K-13 DAN KEHIDUPAN PERGURUAN TINGGI

Beberapa saat lalu, saya memposting bagaimana memilih jurusan dan bagaimana kehidupan di universitas. Kali ini kita akan membahas lebih mendalam tentang kehidupan perguruan tinggi.

Banyak calon mahasiswa yang menilai kehIdupan perguruan tinggi berkaitan erat dengan hal-hal akademis. Padahal apa yang didapatkan mahasiswa saat berkuliah lebih dari itu. Analisa sederhana menghasilkan keterkaitan kehidupan pendidikan tinggi dan nilai-nilai Kompetensi Inti (KI) K-13. Apa yang akan kita bahas lebih menekankan pada kehidupan perguruan tinggi lepas orang tua. Berikut akan dibahas satu persatu kaitan kehidupan pendidikan tinggi dan KI K-13.

Nilai Religius (KI-1) Kehidupan Perguruan Tinggi.
Dalam pembelajaran ditekankan kemampuan spiritual/agamis. Guru mengajak siswa berdo'a sebelum dan sesudah pembelajaran, menghentikan pembelajaran sejenak ketika adzan berkumandang, dsb. Apa yang dialami mahasiswa dalam kehidupan pendidikan tinggi ternyata sangat "praktis".
Jika di rumah atau di sekolah siswa mengalami aktivitas agamis dengan pantauan guru dan orang tua, tentu tidak demikian dengan mahasiswa.

Mahasiswa harus mampu memimpin dan me-manage dirinya sendiri dalam hal aktivitas religius. Kegiatan bernilai ibadah/spiritual sepenuhnya menjadi kebebasan mahasiswa. Shalat 5 waktu, mengaji, shalat jumat, tarawih dll dilakukan tanpa pengawasan orang lain.  Disinilah ujian keimanan bagi mahasiswa. Jika iman mereka lemah, tingkatan ketaatan beragama di rumah dan di kehidupan perguruan tinggi bersifat sangat fluktuatif.
Bagi sebagian mahasiswa Shalat Jumat lebih berat dilakukan ketika tanpa pengawasan 

Nilai Sosial Kehidupan Perguruan Tinggi
Kehidupan perguruan tinggi tak cukup membahas aktivitas di dalam kampus. Lebih luas lagi, kehidupan perguruan tinggi ialah aktivitas yang dijalani mahasiswa, baik di dalam maupun di luar kampus. Kehidupan di dalam kampus tak terlalu lama jika dibandingkan aktivitas di luar kampus.

Setelah menyelesaikan aktivitas di kampus, umumnya mahasiswa akan kembali ke tempat peristirahatan, sebut saja kamar kost. Rumah kost banyak mengajarkan kepada mahasiswa tentang kehidupan sosial yang sebenarnya. Saat menjadi anak kost, mau tak mau mahasiswa menjadi bagian dari masyarakat. Beberapa lingkungan kost terkadang menerapkan peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi. Sekali lagi kemampuan sosial mahasiswa diuji.

Ketaatan akan peraturan berbanding lurus dengan kemampuan sosial yang dimiliki mahasiswa. Terdapat beberapa mahasiswa yang memiliki nilai sosial tinggi sejak awal, namun beberapa lainnya tidak demikian. Mahasiswa dipaksa mampu menempat dan menyesuaiakan diri dengan daerah barunya. Perlu pendisiplinan secara paksa oleh masyarakat dalam bentuk teguran keras, denda, atau bahkan dengan cara kekerasan.

Pendisiplinan secara paksa ditempuh masyarakat guna mendisiplinkan mahasiswa yang sering melanggar peraturan lisan dan tertulis. Bagi mahasiswa objek pendisiplinan hal ini mungkin sangat menyebalkan. Namun, percayalah, saat benar-benar menjadi "orang" hal itu akan menjadi pengalaman yang tak ternilai.

Warna merah dan penyertaan kata "teguran" pada papan peringatan
Nilai kognitif dan keterampilan, akan kita bahas pada postingan selanjutnya. Semoga bermanfaat.

Sumber gambar:
id.wikipedia.org
blognyamitra.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.