GEOGRAFI ILMU BUMI DAN NASIONALISME PESERTA DIDIK
Ilmu bumi dan geografi, sebuah studi yang cukup menarik untuk diperbincangkan. Saat masih kuliah dulu, terdapat seorang dosen yang berpesan kepada para calon pendidik geografi agar menekankan pada pembelajaran geografi dibandingkan ilmu bumi. Pesan tersebut masih melekat kuat dalam memori, sehingga selalu masuk prioritas dalam penyusunan bahan pembelajaran. Namun, perlu adanya perbaikan dan meluruskan paradigma yang tertelan mentah-mentah tersebut.
Ilmu bumi merupakan nama lain geografi di masa lalu. Ilmu bumi menekankan sebuah fenomena pada kata apa dan di mana, telah dipelajari sejak lama sebelum perkembangan geografi seperti sekarang.
Revolusi industri telah mengubah kondisi bumi saat itu. Para ahli menganggap bahwa munculnya permasalahan-permasalahan lingkungan akibat revolusi industri, tak akan cukup diselesaikan hanya dengan memelajari fenomena dari sudut pandang apa dan di mana.
Revolusi Industri, Prestasi dan Permasalahan Lingkungan Sumber gambar: langit-langit.com |
(Apa sih bedanya Eduprivat dan bimbel-bimbel lainnya? Yuk intip, silakan klik di sini!)
(Pendaftaran bimbingan belajar Eduprivat klik disini!)
(Pendaftaran bimbingan belajar Eduprivat klik disini!)
Sejak saat itu geografi berkembang dengan banyak harapan mampu memecahkan permasalahan lingkungan yang ada. Geografi tak hanya memelajari apa dan dimana. Lebih dari itu geografi mengkaji sebuah fenomena menggunakan kata tanya kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana. Argumen tersbut memperkuat anggapan saya agar lebih menekankan geografi modern dalam pembelajaran dan mengenyampingkan geografi ilmu bumi.
Anggapan yang demikian mulai terpatahkan oleh pidato seorang profesor dari UPI (Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S). Apa yang beliau sampaikan terkait geografi ilmu bumi kala itu sungguh menarik.
Abad 15-19 ilmu bumi diajarkan di sekolah-sekolah, lebih dari sebuah pengetahuan yang harus dihafal peserta didik. Namun, juga digunakan untuk membangun nasionalisme siswa terhadap tanah air, membangun emosi yang menguatkan kebersamaan, dan semangat mempertahankan negara dengan peperangan sekalipun.
Abad 15-19 ilmu bumi diajarkan di sekolah-sekolah, lebih dari sebuah pengetahuan yang harus dihafal peserta didik. Namun, juga digunakan untuk membangun nasionalisme siswa terhadap tanah air, membangun emosi yang menguatkan kebersamaan, dan semangat mempertahankan negara dengan peperangan sekalipun.
Sedikit yang dapat kita ambil dari pidato beliau. Ilmu bumi ternyata tetap penting dalam pembelajaran geografi. Karena memang ilmu bumi merupakan sejarah awal dan bagian dari geografi. Tak berlebihan jika kita tetap menyampaikan ilmu bumi saat pembelajaran sebelum membahas geografi secara utuh, agar terhindar dari pepatah yang menyatakan "kacang lupa kulit".
Pembelajaran ilmu bumi harus disisip dan tekankan pada memperkenalkan kondisi dan kekayaan alam Indonesia. Agar para peserta didik lebih mengenal dan cinta tanah airnya. Pembelajaran yang demikian diharapkan mampu meningkatkan rasa bangga dan rasa memiliki sehingga dapat meningkatkan nasionalisme peserta didik.
Menolak suap, salah satu bentuk cinta tanah air sumber:https://www.youtube.com/watch?v=VRenJC6Y7c0 |
Nasionalisme tak hanya soal berperang. Mau belajar dengan sungguh-sungguh saat menjadi pelajar, dan tidak merugikan negara dalam bentuk apapun saat mereka dewasa nanti pun juga bentuk nasionalisme. Dengan demikian geografi dapat memulai langkah pendidikan antikorupsi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Apa yang kita telah bahas kali ini, sangat jauh dari kata sempurna, sehingga saran dan kritik sangat saya harapkan. Semoga bermanfaat dan terimakasih.
0 comments:
Post a Comment