Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Wednesday, 27 May 2015

TIPS MENJAWAB SOAL PILIHAN GANDA SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN


Evaluasi sangat perlu dilakukan dalam pendidikan guna mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan tes maupun nontest. kali ini akan sedikit kita bahas mengenai evaluasi dalam bentuk tes. Evaluasi tes dapat berupa tulis dan lisan. Mengingat keterbatasan waktu, para guru umumnya melakukan evaluasi tulis dibanding lisan.

Ternyata terdapat beberapa trik untuk menyiasati soal-soal tulis agar dapat menjawab secara efektif dan efisien. berikut akan kita bahas satu persatu.


  • Menggarisbawahi kata negatif
Dalam aturan standar pembuatan soal, pembuat soal boleh menyisipkan kata negatif dalam sebuah soal.  Umumnya, pembuat soal membedakan kata negatif dalam soal dengan dicetak tebal, garis bawah, atau cetak miring. Namun, ada juga pembuat soal yang tidak membedakan kata negatif dalam soal, sehingga jika siswa kurang teliti, dipastikan akan salah menjawab. untuk mengantisipasi hal itu, selalu garis bawahi kata negatif dalam soal.
Contoh:
1. Berikut yang bukan termasuk dampak pemanasan global adalah ...
a. Tenggelamnya beberapa pulau
b. Kenaikan permukaan air laut
c. Lapisan gletser menyempit
d. Kerusakan hutan
e. Peningkatan intensitas badai

  • Dobel negatif dalam soal
Penggunaan kata negatif dalam soal diperbolehkan. Namun, jika menggunakan dua kata negatif atau lebih sebenarnya tidak dianjurkan dan dilarang dalam aturan standar pembuatan soal. Meskipun demikian, masih tetap ada pembuat soal yang melanggar aturan ini. untuk menyiasati hal itu, jika menemukan dua kata negatif dalam satu kalimat, itu berarti berlaku kebalikannya.
Contoh:
1. Berikut bukan termasuk objek formal geografi, kecuali ...
a. Kelingkungan
b. Litosfer
c. Lapisan air
d. Lapisan cuaca
e. Hidrosfer
  • Dahulukan baca soal dibanding pernyataannya
Dalam sebuah soal, terkadang mencantumkan pernyataan atau pun teks. Untuk menghadapi jenis soal yang demikian, sebaiknya kita baca dulu pertanyaannya, baru kemudian membaca pernyataan. Jika hal itu tidak kita lakukan, biasanya akan memakan banyak waktu, karena harus membaca pernyataan dua kali untuk memeroleh jawaban yang benar.
Contoh:
1.Perhatikan pernyataan berikut:
(1) Pembelokan angin
(2) Pergantian musim
(3)Gerak semu tahunan matahari
(4) Perbedaan waktu
(5) Gerak semu harian matahari
Yang termasuk akibat rotasi bumi ditunjukkan angka ...
a. (1), (2), (3)
b. (2), (3), (5)
c. (1), (3), (5)
d. (3), (4), (5)
e. (1), (4), (5)

  • Opsi bermakna sama maka keduanya salah
Pada soal pilihan ganda, opsi jawaban biasanya sangat menjebak. Memang itu aturan standar pembuatan soal. Opsi sebagai pengecoh harus bersifat homogen. Namun, terkadang pembuat soal mencantumkan opsi jawaban yang memiliki makna sama. Jika hal itu kalian temui, dapat dipastikan bahwa kedua opsi tersebut salah, karena tidak mungkin ada dua jawaban dalam satu soal.
Contoh:
Kata yang dicetak tebal merupakan opsi bermakna sama.
1. Berikut bukan termasuk objek formal geografi, kecuali ...
a. Kelingkungan
b. Litosfer
c. Lapisan air
d. Lapisan cuaca
e. Hidrosfer

Cara-cara di atas dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan (SD,SMP, SMA). Sampaikan pada teman-teman siswa lain dan semoga bermanfaat. Kritik dan saran sangat kami harapkan.


Monday, 25 May 2015

PERTANYAAN TINGKAT TINGGI BANGUN RUANG MATA PELAJARAN MATEMATIKA


Pertanyaan tingkat tinggi dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. (Baca: geografiseni musik, fisika, dan penjasorkes).  Kali ini akan dibahas sedikit contoh pertanyaan tingkat tinggi mata pelajaran matematika.

Contoh yang akan saya sajikan merupakan hasil unjuk kerja guru lain yang saat itu dipublikasikan di penataran  guru, salah satu bentuk bantuan pembangunan SDM  guru dari lembaga peduli pendidikan Amerika Serikat (USAID). Jenis bantuan semacam ini dirasa sangat bermanfaat karena bantuan pendidikan tidak selalu dalam bentuk finansial.
 
Umumnya guru hanya menuntut siswa menghafal rumus dan menerapkannya dalam menjawab soal. Pada postingan pertanyaan tingkat tinggi fisika, muncul komentar menarik terkait argumentasi yang saya lontarkan.  Salah seorang rekan berpendapat bahwa guru tetap boleh menyajikan soal tingkat rendah untuk mengetahui minat terhadap mata pelajaran.

Minat siswa terhadap mata pelajaran dapat dijadikan salah satu indikator untuk diikutsertakan pada olimpiade mata pelajaran tertentu. Jika siswa memenangkan olimpiade tersebut, bisa jadi nantinya bidang mata pelajaran itu dijadikan pedoman jurusan yang ia pilih di SMA dan bahkan di perguruan tinggi.

Namun menyajikan soal tingkat rendah pada semua siswa bukanlah satu-satunya cara untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap mata pelajaran. Cara lain yang dapat ditempuh yakni mengajukan pertanyaan secara lisan saat mengajar. Siswa yang berminat pada mata pelajaran tertentu pasti menjawabnya dengan cepat tepat. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan paradigma yang hafal adalah yang pintar di dunia pendidikan di Indonesia.

Takpanjang lebar lagi, berikut beberapa contoh pertanyaan yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi mata pelajaran matematika materi bangun ruang.

1. Mengapa pihak berwenang lebih memilih bentuk kerucut dibanding tabung untuk pembatas jalan raya?
2. Sebuah kawat sepanjang 2 meter akan dibuat kubus. Berapa jumlah kubus yang mungkin terbentuk dari   kawat tersebut? sertakan panjang rusuk dan sisa kawat (dalam cm)!

Pertanyaan pertama menuntut siswa menilai (evaluasi) keuntungan apa saja yang diperoleh jika membentuk nasi tumpeng berbentuk kerucut dibanding bentuk bangun ruang balok. Pertanyaan no. satu dapat divariasikan dengan benda bentuk kerucut lainnya seperti topi petani dan nasi tumpeng.

Pertanyaan kedua menuntut siswa untuk membuat beberapa kubus dengan panjang rusuk yang berbeda. Hal yang demikian menuntut berpikir kreatif sehingga dapat dikategorikan pada kemampuan berpikir tertinggi (sintesa). Silahkan disampaikan pada teman-teman guru matematika yang lain, dengan harapan pembelajaran berpikir tingkat tinggi dapat mengurangi beban siswa dan meningkatkan kualitas pendidikan dan sumberdaya manusia siswa. Saran dan kritik sangat kami harapkan.

Monday, 18 May 2015

PERTANYAAN TINGKAT TINGGI MATA PELAJARAN GEOGRAFI


Geografi umum dikenal sebagai mata pelajaran yang menuntut siswa untuk menghafal. Setiap materinya selalu identik dengan kegiatan menghafal. Padahal yang demikian sangat tidak sesuai dengan hakikat geografi (baca:Paradigma Hafalan Geografi)

Kemampuan menghafal adalah kemampuan terendah tingkatan berpikir manusia. Oleh karena itu hindari kegiatan menghafal untuk materi yang tidak bermanfaat jangka panjang bagi siswa. Soal hafalan dapat kita ubah menjadi soal yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi.

Berpikir tingkat tinggi minimal menuntut siswa menganalisis atau lebih. Lalu, bagaimana dengan ujian siswa (UAS/UN)? Jika kita menerapkan pertanyaan tingkat tinggi, kemungkinan besar akan bertentangan dengan soal-soal yang diujikan, karena soal-soal ujian umumnya hanya menuntut siswa untuk menghafal.
Sederhana saja, tetap terapkan berpikir tingkat tinggi. Soal-soal ujian dapat disiasati dengan melatih siswa mengerjakan soal-soal ujian tahun sebelumnya. Karena kemungkinan besar soal yang diujikan tahun sekarang mirip dan bahkan terdapat kesamaan. Dengan melakukan hal tersebut, kemampuan berpikir siswa akan meningkat dan di sisi lain tuntutan ujian pun terpenuhi.






Berikut beberapa contoh perbandingan antara soal-soal menuntut menghafal dan berpikir tingkat tinggi.
1. Sebutkan jenis-jenis erosi!
2. Mengapa di kawasan lereng erosi terjadi lebih cepat?
3. Sebutkan jenis sungai menurut sumber airnya!
4. Sesuaikah sungai daerah lereng dimanfaatkan untuk waduk?

Soal no. 1 dan 3 hanya menuntut siswa mengingat materi, sedangkan soal no.2 menuntut siswa mengaitkan (analisa) pengaruh kemiringan lereng terhadap tingkat erosi. Pada contoh no. 4 pun siswa dituntut menilai (evaluasi) kesesuaian pemanfaatan sungai di kawasan hulu.

Geografi yang telah lama mendapat predikat mata pelajaran hafalan dapat memunculkan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir tingkat tinggi, bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Silahkan coba diterapkan!

Seperti biasa pertanyaan no. 2 dan 4 dapat coba dijawab oleh siapapun termasuk siswa. Cantumkan jawaban di kolom komentar. Kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga dapat menginspirasi mata pelajaran lain untuk memunculkan pertanyaan tingkat tinggi dan semoga bermanfaat.

Tuesday, 12 May 2015

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK TEORI JAGAD RAYA KOMPETENSI SINTESA



Teori jagad raya merupakan salah satu materi Geografi yang dipelajari di kelas X. Dalam buku teks teori terkait pembentukan jagad raya tersaji dalam bentuk kalimat. Kondisi itu memungkinkan guru memunculkan kemampuan level tertinggi tingkatan berpikir manusia, yakni mengsintesa. Mengsintesa diartikan sebagai kemampuan mencipta atau menemukan sesuatu.

Nampak sangat tidak mungkin jika guru menuntut peserta didik untuk menemukan atau mencipta sesuatu. Namun dalam bahasa yang lebih sederhana, mengsintesa hanya menuntut siswa sekolah menengah untuk mengkreasi sesuatu. Berikut contoh LKS (sekarang LKPD) Teori jagad raya yang menuntut siswa untuk berpikir tingkat tinggi C6 (Mengkreasi).

Lembar Kerja Siswa Materi Jagad Raya 

LKS di atas dapat dikerjakan secara berkelompok. Dalam satu kelompok maksimal terdiri dari 4 siswa. Berikan waktu maksimal 20 menit pada kelompok untuk menyelesaikan gambar terkait 3 teori pembentukan jagad raya tersebut. 

Secara umum guru akan menjelaskan materi tersebut dalam bentuk tulisan dan gambar yang kemudian disalin dan ditulis oleh peserta didik. Agar kompetensi sintesa dapat dimunculkan, maka guru sebaiknya tidak menggambar teori tersebut sebelum semua kelompok menyelesaikan lembar kerja di atas.

Selain itu, guru juga perlu menekankan dalam menggambar teori-teori pembentukan jagad raya harus mengacu pada teori yang ada dan benar-benar tidak menyontek milik teman lain ataupun melihat dari sumber-sumber terkait. Karena saat mereka melakukan hal itu, dapat dipastikan tuntutan kemampuan yang awalnya sintesa (C6) akan menurun drastis menjadi kemampuan meniru (C1). Berikut contoh lembar kerja asli yang saya scan hasil peserta didik di sekolah tempat saya mengajar.

Contoh hasil kerja kemampuan sintesa yang mebuktikan bahwa kreativitas seseorang sangat bervariasi

Demikian, semoga dapat diterapkan pada semester ganjil tahun ajaran depan dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. Mohon kritik saran dan semoga bermanfaat.

Sunday, 10 May 2015

GURU GEOGRAFI PEKA ALAM



Lingkungan sebagai salah satu materi wajib dalam pembelajaran geografi menuntut siswa untuk mampu menjaga dan memelihara lingkungan. Memelihara dan menjaga kelestarian lingkungan tidak harus melakukan sesuatu yang besar. Hal-hal kecil pun perlu kita lakukan untuk menjaga lingkungan. Jika guru saja menuntut siswa untuk peka terhadap lingkungan, maka guru pun diharapkan tidak sekadar berteori, tetapi juga harus memberikan contoh nyata bagaimana melestarikan lingkungan mulai dari hal terkecil sekalipun.

Namun, bukan hal itu yang akan kita bahas lebih mendalam terkait kepekaan guru geografi terhadap alam. Peka terhadap alam yang dimaksud disini ialah mampu mengidentifikasi kondisi alam sekitarnya, dan menggunakannya sebagai media pembelajaran geografi.

Masih teringat kuat perkataan salah satu dosen di tempat saya mengenyam ilmu, bahwa guru geografi harus peka terhadap alam. Saat kami (mahasiswa geografi) akan melaksanakan kuliah kerja lapangan yang menempuh jarak cukup jauh, salah satu dosen menghimbau agar saat perjalanan kami tidak hanya tidur. Kami diharapkan mengamati kondisi daerah-daerah yang dilewati. Jika ada hal menarik terkait fenomena alam, sebaiknya dicatat atau bahkan diambil gambarnya.

Geografi adalah studi tentang bumi dan fenomena-fenomena geosfer yang terjadi. Hal itu cukup membuktikan bahwa kebanyakan peristiwa kecil sekalipun, yang terjadi dipermukaan bumi tak terlepas dari geografi. Seseorang akan memakai payung saat turun hujan (determinisme geografi), jumlah penjual jas hujan akan meningkat tajam saat musim hujan (determinisme geografi), seorang anak membuang sambah sembarangan (posibilisme geografi) dan masih banyak contoh lainnya.

Semua yang kita lihat sangat mungkin terkait dengan geografi. Oleh karena itu, akan sangat disayangkan jika terdapat beberapa fenomena di lapangan yang terkait materi geografi berlalu begitu saja. Guru geografi diharapkan peka dalam mengidentifikasi hal-hal yang ditemui di lapangan dan mengabadikannya. Menjadi guru geografi peka alam tidaklah sulit. Alat yang dibutuhkan hanyalah sebuah kamera. Di zaman era informasi seperti sekarang ini, saya yakin kebanyakan orang sudah memiliki ponsel yang memiliki fitur kamera, sehingga syarat tersebut tidaklah terlalu memberatkan.

Lalu bagaimana cara kita melatih kepekaan fenomena yang terkait materi. Coba dan lakukan mulai sekarang. Terkadang akan merasa canggung jika tiba-tiba kita berhenti di jalan dan mengambil gambar dan dilihat banyak orang. Namun, dengan sedikit keberanian, aktivitas kecil tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa-siswa kita sebagai penerus bangsa. Berikut contoh foto yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran geografi.



Pelapisan Batuan litosfer kelas X


Klasifikasi Desa kelas XII

Saturday, 9 May 2015

TIPS MEMILIH JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI

  
Penerimaan mahasiwa baru sudah mulai dilakukan di Perguruan Tinggi. Tujuan utama para siswa umumnya adalah Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Jalur masuk PTN sangat bervariasi. Salah satunya SNMPTN yang pendaftarannya dilakukan sebelum pelaksanaan ujian nasional. Kelulusan SNMPTN telah diumumkan 9 Mei lalu. Selamat ya! Bagi siswa yang diterima.  Namun, bagi siswa yang belum, jangan berkecil hati. Masih banyak kok, jalur masuk PTN regular lainnya. Salah satunya ialah SBMPTN .
Berbeda dengan SNMPTN, kelulusan SBMPTN tidak dilakukan dengan menyeleksi nilai raport, tetapi ditentukan oleh hasil tes yang serentak dilaksanakan secara nasional. Sama halnya dengan SNMPTN, saat kalian mendafar nanti, kalian akan diminta untuk memilih 3 jurusan. Bagaimana Cara menentukan dengan benar? Kalian pasti nggak mau kan kalau dibilang salah jurusan? Berikut akan sedikit dibahas bagaimana memilih jurusan dengan bijak.
1.    Pilih jurusan dengan akreditasi minimal “B”. Akreditasi adalah penilaian Badan Akrediatsi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Mengapa minimal “B”? Karena umumnya saat kita terjun pada perusahaan dan lapangan pekerjaan tertentu, akreditasi akan selalu dipertanyakan. Terutama jika ingin menjadi abdi negara. Akreditasi dilakukan BAN-PT setiap 5 tahun sekali. Jadi sangat mungkin akreditasi jurusan saat kita masuk dan lulus masih tetap sama. Silahkan cek status akreditasi dan masa berlakunya di website BAN-PT.
2.    Pilih jurusan sesuai kemampuan. Kemampuan yang dimaksud disini ialah finansial dan akademis. Kemampuan finansial perlu dipertimbangkan, karena ada lho beberapa jurusan beken yang  biaya persemesternya tidak dapat di cover oleh beasiswa regular non bidikmisi. Kemampuan lainnya yakni  akademis, menyangkut intelejensi kita. Jika kita memaksakan memilih jurusan yang kurang sesuai dengan kemampuan intelejensi kita, dikhawatirkan nanti justru mendapat predikat “Salah Jurusan”,  “Mahasiswa Abadi” atau lebih parah lagi “Drop Out”. Pasti nggak mau kan terjadi semacam itu?
3.    Kesempatan lapangan kerja terkait. Meskipun kuliah sebenarnya adalah ajang mencari ilmu, namun secara umum orang berkuliah bertujuan untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu, setidaknya kita harus tahu beberapa lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi  jurusan yang kita pilih. Informasi ini dapat kita akses dari search engine atau lebih pastinya lagi dapat langsung kita tanyakan pada guru Bimbingan dan Konseling (BK).
4.    Pilih jurusan sesuai dengan minat. Jurusan yang kita pilih nantinya akan kita hadapi selama 8 semester, kemudian selanjutnya, akan menjadi bidang yang kita tekuni saat bekerja nanti. Meskipun terkadang kebanyakan orang berpendapat bahwa jurusan harus memiliki peluang kerja luas, namun akan sangat menyiksa jika bidang pekerjaan kita tidak sesuai dengan minat. 
5.    Passing Grade jurusan. Saat memilih jurusan minimal kita harus mengetahui Passing Grade-nya untuk mengetahui peluang kita diterima. Passing Grade jurusan dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah kapasitas mahasiswa yang diterima dan jumlah peminat. Pada zaman saya kuliah (2008), informasi tersebut dapat diketahui dari buku panduan pendaftaran SNMPTN (sekarang SBMPTN), namun era informarsi saat ini kita hanya perlu menengok di website SBMPTN.
6.    Mata pelajaran di sekolah terkadang nampak membosankan. Namun, bukan berarti hal itu juga berlaku di perguruan tinggi. Apa yang kita pelajari di sekolah dan perguruan tinggi sangatlah berbeda. Di perguruan tinggi, kita akan fokus pada bidang tertentu, sehingga apa yang kita pelajari akan lebih mendalam. Hal itu saya alami ketika kuliah. Geografi di sekolah dan di perguruan tinggi sangatlah berbeda komposisinya.
7.    Pemilihan lintas  jurusan bukanlah hal yang berarti. Sistem kasta dalam jurusan di SMA telah coba diatasi oleh Kementerian Pendidikan. Salah satunya, sejak beberapa tahun terakhir, pemilihan lintas jurusan akan berakibat pada pengurangan nilai. Hal itu tidak berlaku saat kita mengikuti SBMPTN. Namun pemilihan lintas jurusan bukan berarti tanpa resiko. Jika kita memilih lintas jurusan, maka tes yang akan kita jalani meliputi Kemampuan IPA dan IPS atau yang sering disebut IPC. Saya adalah salah satu mantan siswa yang dulunya memilih lintas jurusan. Meski secara umum geografi dikategorikan sebagai ilmu sosial, beberapa perguruan tinggi salah satunya Universitas Negeri Malang (UM) saat itu, mengkategorikan geografi termasuk dalam ilmu alam. Sehingga saya tidak perlu repot-repot mengikuti IPC.

Tips-tips di atas telah kami susun menurut prioritasnya. Tips tersebut bukanlah kutipan dari disiplin ilmu tertentu, melainkan hanyalah sebuah opini berdasarkan pengalaman pribadi yang pernah saya alami. Silahkan dishare pada teman-teman siswa dan teman-teman guru lain. Kritik, saran, dan tambahan sangat kami harapkan. Semoga bermanfaat.


   

Wednesday, 6 May 2015

MELIBATKAN PERTANYAAN TINGKAT TINGGI PADA MATERI RANGKAIAN LISTRIK MATA PELAJARAN FISIKA SMP


Pertanyaan Tingkat Tinggi (PTT) telah diulas berkali-kali pada posting-posting sebelumnya. Setelah sebelumnya kita mambahas PTT mapel penjasorkes dan seni musik, kali akan coba saya sajikan pada mata pelajaran fisika tingkat SMP.

Sebagai salah satu mata pelajaran exact, fisika memiliki tuntutan kemampuan menghiung dan menggunakan rumus. Meski serumpun dengan matematika, umumnya angka dalam perhitungan fisika memiliki lebih sederhana. Namun, terkadang untuk menjawab soal hitungan fisika dengan tepat, terkadang tak cukup menggunakan sebuah rumus, bahkan peserta didik harus mengggunakan rumus bertingkat untuk menyelesaikannya.

Fisika sebagai salah satu mapel yang mendapat predikat "horor" dikalangan siswa, secara umum memelajari tentang perhitungan-perhitungan yang melibatkan rumus yang cukup rumit. Rumus-rumus tersebut akan nampak lebih rumit bagi siswa yang kurang tertarik atau bahkan telah melabel negatif mata pelajaran ini. Lalu, bagaimana cara menghilangkan predikat "horor" fisika? Sederhana saja, terapkan PTT saat pembelajaran. PTT dapat diterapkan di lembar kerja maupun sebagai soal evaluasi.

Salah satu keuntungan menerapkan PTT ialah dapat  memunculkan materi kontekstual. Pembelajaran kontekstual adalah mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual diharapkan mampu menciptakan pembelajaran bermakna yakni pembelajaran yang hasilnya akan terus diingat dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik nantinya.

Pembelajaran kontekstual telah lama dipublikasikan di Indonesia, namun belum semua guru menerapkannya. Tak panjang lebar lagi, berikut disajikan contoh memunculkan PTT  mata pelajaran Fisika materi rangkaian listrik.

1. Mengapa pada rangkaian listrik rumah tangga tidak menggunakan rangkaian listrik seri?
2. Gambarlah sebuah rangkaian listrik paralel/seri/campuran yang terdiri dari 3 bola lampu dan dua buah baterei!

Penerapan rangkaian listrik paralel pada lampu penerangan jalan

Pertanyaan no. 1 menuntut siswa untuk menilai kesesuaian penggunaan rangkaian untuk keperluan listrik rumah tangga. Jenis soal tersebut juga dapat dikembangkan menjadi sebaliknya, "Jenis rangkaian listrik apakah yang paling sesuai diterapkan untuk lampu penerangan jalan raya?" Pertanyaan no,2 menuntut peserta didik mengkreasi gambar dan mengidentifikasi jenis rangkaian listrik yang mereka buat.

Lalu bagaimana dengan soal hitungan? masihkah diperlukan? Ya, jenis soal spesifikasi semacam itu dapat digunakan untuk mrngetahui minat peserta didik pada mata pelajaran tertentu. Baik soal hitungan maupun berpikir tingkat tinggi, keduanya harus dimunculkan dalam pembelajaran.

Soal spesifikasi untuk mengidentifikasi minat peserta didik yang nantinya sangat mungkin digunakan untuk seleksi kontingen sekolah dalam event olimpiade fisika, pilihan jurusan saat SMA atau bahkan perguruan tinggi, sedangkan berpikir tingkat tinggi diperlukan untuk melatih berpikir nalar sejak dini baik bagi peminat dan bukan peminat mata pelajaran fisika. Kedua hal tersebut dap dicantumkan dalam sebuah lembar kerja yang dikerjakan berkelompok. Berikut contohnya.

Kombinasi tuntutan hitungan dan pertanyaan tingkat tinggi dalam sebuah lembar kerja

Demikian, semoga dapat diterapkan dalam pembelajaran dan bermanfaat.

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.