Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Wednesday 9 December 2015

KEDISPLINAN DUNIA SEKOLAH VS DUNIA NYATA

Sebuah petuah dari sang guru. "Disiplinlah nak!" Tak bosan-bosannya guru menyisipkan kalimat bernada serupa ketika waktu senggang pembelajaran, amanat upacara, atau acara-acara sekolah yang lain. Disiplin sebagai sikap ideal menghargai waktu dan menaati peraturan ternyata diterapkan pada banyak hal. Termasuk dalam implementasi KTSP dan Kurikulum 2013.

Mendekati tahun terakhir KTSP, kementerian pendidikan memberlakukan pendidikan karakter yang salah satunya menekankan sikap dan perilaku disiplin saat pembelajaran. Pun demikian, nilai-nilai kedisiplinan kembali ditekankan dalam implementasi K-13 kompetensi inti kemampuan sosial. Sebegitu pentingkah disiplin bagi peserta didik?

Masih teringat kuat, zaman SMP saya dulu (2002) dan SMA (2005), ketika mengikuti upacara dengan atribut kurang lengkap, guru meminta para siswa pelanggar, hormat kepada sang merah putih setelah upacara selesai. Datang terlambat skorsing tidak mengikuti pembelajaran dan berpanas-panas di lapangan sekolah, hingga tak mengerjakan PR, dihukum berlari mengelilingi lapangan.

Hukuman pelanggar disiplin dunia sekolah tak lebih dari rasa  malu dan lelah
sumber gambar: swaramanadonews.com
Disiplin di dunia sekolah berlawanan 180 derajat dengan penerapan disiplin dunia nyata. Lebih dari malu, rasa panas menyengat, dan  nafas terengah-engah karena mengelilingi lapangan. Dunia nyata menghukum berat pelanggar disiplin dengan hukuman mati.

Hukuman mati  peraturan perundang-undangan beberapa negara, dijatuhkan kepada narapidana pembunuhan berencana, pengedar narkoba, dan koruptor. Terlalu berlebihan memang jika orang dihukum mati hanya karena tidak disiplin. Namun memang itulah kenyataan yang terjadi. 

Masih ingatkah  Anda Tragedi Mina? (Ibadah Haji September 2015), memakan hampir 1000 korban jiwa yang menurut pemerintah Saudi diakibatkan pelanggaran kedisiplinan terkait jadwal dan jalur yang telah ditentukan sebelumnya. Belum usai duka tragedi Mina, ketidakdisplinan kembali merenggut nyawa. Sebuah metromini tertabrak KRL di Ibukota karena menerobos palang pintu. Banyak warga yang geram oleh ulah sopir metro mini tersebut. Sangat disayangkan hilangnya banyak nyawa hanya diakibatkan seorang peanggar disiplin. Lantas apakah geram dapat mencegah terjadi masalah yang sama dikemudian hari?

Korban tragedi Mina September 2015  mencapai hampir 1000 jiwa
sumber gambar: http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/09/150925_dunia_raja_keamanan_haji
Sekolah sebagai tempat peserta didik menghabiskan waktu hampir sepertiga hari, menjadi sangat strategis untuk menanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini. Penanaman nilai-nilai kedisiplinan dapat diterapkan dengan patuh peraturan saat atau diluar jam pembelajaran  Pembiasaan diharapkan mampu menggugah kesadaran peserta didik akan pentingnya disiplin yang bersifat jangka panjang. Guru juga perlu menyinggung dua kasus di atas sebagai penekanan pentingnya disiplin, dan peringatan keras terhadap pelanggar disiplin di dunia nyata.

Beberapa orang memang mampu mendisiplinkan diri sejak awal, namun beberapa lainnya justru disiplin setelah tahu sanksi berat yang harus diterima. Pengedar narkoba dan pembunuh berencana rata-rata dieksekusi mati lebih dari 5 tahun setelah vonis dijatuhkan.  Hal yang demikian tak berlaku bagi pelanggar disiplin. Bapak dan Ibu pendidik perlu menyampaikan dua kisah di atas kepada peserta didik bahwa hukuman terberat ketidaksiplinan ialah eksekusi mati saat itu juga. 

Tak heran jika K-13 memasukkan kompetensi inti sosial. Salah satunya menanamkan sikap dan perilaku disiplin ketika pembelajaran berlangsung. Tinggal bagaimana para guru mengimplementasikan hal itu. Semoga apa yang kita bahas dapat menggugah semangat guru menerap dan menyisipkan nilai-nilai sosial dalam pembelajaran guna mencetak generasi bangsa yang tak hanya pandai, tetapi juga pribadi disiplin dalam segala hal.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.