Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Monday, 7 December 2015

PEMBELAJARAN BERMAKNA GEOGRAFI PROF. EDY PURWANTO

Bagaimana sebenarnya jati diri geografi? Menarik atau sebaliknya? Menyenangkan atau membebani? "Problematika Pembelajaran Geografi" sebuah temuan menarik yang patut dibaca oleh guru geografi Indonesia. Mungkin tak banyak yang tahu tentang Beliau dan membaca karyanya. Seorang Profesor bidang pendidikan Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd berjasa besar dalam perbaikan nama geografi yang semakin terpuruk.

Pemecahan Problematika Pembelajaran Geografi Oleh Prof. Dr. Edy Purwanto, M.Pd
Sumber:library.um.ac.id
Mengapa geografi terpuruk? dalam benak peserta didik geografi merupakan mata pelajaran dengan tuntutan hafalan kompleks (jenis sungai, letusan, bentuk gunung api, jenis batuan, dll). Paradigma ini juga tertanam kuat dibenak para wali peserta didik, mungkin karena mereka juga mengalami pembelajaran geografi yang sama ketika masih duduk di bangku sekolah.

Lantas apa saja permasalahannya? Pembelajaran geografi saat ini tidak seutuhnya salah, namun lebih tepat dikatakan kurang lengkap/tuntas. Saat ini, materi dalam buku teks dan modul geografi didominasi oleh materi ilmu bantu geografi sehingga terkesan banyak konsep-konsep yang harus dihafal.

Sebuah analogi sederhana menggambarkan permasalahan itu. Saat peserta didik masuk dalam gedung besar bernama geografi, mereka tak bertemu tuan rumah secara langsung, hanya bertemu degan para pembantunya (Ilmu Bantu Geografi). Sehingga pembelajaran geografipun tak pernah tersampaikan secara utuh. Lalu bagaimana Geografi menurut Prof. Edy?
Dalam pidato pengukuhan guru besarnya, beliau menyampaikan setidaknya harus terdapat poin-poin  penting agar sebuah pembelajaran dapat dikatakan sebagai pembelajaran geografi, 3 diantaranya:

1. Sudut pandang geografi (Geography eye) yang menitikberatkan pengaruh ruang terhadap kehidupan. Salah satu contohnya ialah pengaruh kondisi alam terhadap ukuran tubuh manusia (Baca:Lembar Kerja Antroposfer Analisa).
2. Memelajari ilmu bantu dan pemanfaatannya, peserta didik tak hanya memelajari jenis dan karakteristik batu, tetapi juga bagaimana pemanfaatan batuan dikaitkan dengan sifat dan karakteristik batuan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Integrasi objek material dan objek formal dalam pembelajaran, menitikberatkan pada ketuntasan pembelajaran geografi. Sebagai contoh setelah memelajari jenis sungai, kemudian menganalisis mengapa bentuk sungai di suatu wialayah berbeda dengan wilayah lain (perbandingan bentuk sungai di Jawa cenderung lurus dan Kalimantan berkelok-kelok). Poin ini juga sudah sesuai dengan definisi geografi menurut seminar lokakarya IGI Semarang 1988, yaitu memelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer (objek material) melalui sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan (objek formal).

Perbedaan Bentuk Sungai (Fenomena Geosfer)
Sumber:wikimapia.com
Sudahkah pembelajaran geografi kita sesuai dengan poin-poin tersebut? Jika jawaban Anda "ya" maka Anda sudah berada dijalur yang benar. Apa yang ditulis beliau sebenarnya tak hanya terkait 3 poin tersebut. Untuk membaca lebih lengkap pidato Beliau, silahkan mengunduh pada tautan di bawah ini:

Download pidato Prof. Edy Purwanto, M.Pd klik link berikut: Problematika Pembelajaran Geografi

Semoga bermanfaat dan mohon bantu share guna menggeser paradigma hafalan dan memperbaiki citra pembelajaran geografi.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.