Berpikir tingkat tinggi, materi real geografi, dan kependidikan.

Tuesday, 15 December 2015

MELIBATKAN PERTANYAAN BERTINGKAT DALAM SOAL EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

Tingkatan berpikir manusia terbagi menjadi 6. Secara urut dari tingkatan terendah yaitu: (1) Mengingat; (2) Memahami; (3) Menerapkan; (4) Menganalisis; (5) Mengevaluasi; dan (6) Mencipta. (Taksonomi Bloom).

Menurut teori tersebut, mengingat/menghafal merupakan kemampuan terendah. Namun, mengapa seolah sulit dilakukan? Perhatikan Ilustrasi berikut!
Ilustrasi 1: Santri dengan mudah menghafal Q.S. Al-Kautsar, namun bagaimana jika yang dihafalkan seluruh isi Al-Qur'an?
Ilustrasi 2: Siswa mudah menghafal salah satu materi mata pelajaran, namun bagaimana jika yang dihafalkan  seluruh bab atau bahkan seluruh mata pelajaran?

Apa yang dapat Anda simpulkan dari kedua ilustrasi di atas? Ya, menghafal sulit dilakukan karena akumulasi/jumlah yang terlalu banyak. Seandainya yang dihafal sedikit, menghafal bukanlah hal yang sulit dilakukan. Kenyatannya, pertanyaan mengingat umumnya dominan dalam evaluasi pembelajaran. Termasuk dalam soal Ujian Nasional (UN) mata pelajaran Geografi.

Namun, selain memunculkan soal mengingat, dalam UN geografi masih terdapat pertanyaan dari tingkat 1 hingga 5. berikut akan diberikan beberapa contohnya.
soal UN geografi 2014 tuntutan mengingat 

soal UN geografi 2014 tuntutan memahami
soal UN geografi 2014 tuntutan penerapan
soal UN geografi 2014 tuntutan analisa
soal UN geografi 2014 tuntutan evaluasi
Manakah jenis soal yang paling sulit dijawab menurut peserta didik? Pertanyaan tingkat tinggi (analisa, evaluasi) justru seolah sangat mudah dijawab oleh peserta didik. Namun, memang itulah jenis pertanyaan yang berkualitas dan melatih kemampuan berpikir. 

Dominasi soal tuntutan menghafal, sebaiknya dikurangi, karena selain tingkatan berpikir terendah, menghafal juga hanya akan membebani peserta didik. Seandainya peserta didik mampu menghafal semua materi dan mapel,  umumnya setelah beberapa hari akan terlupakan begitu saja. Terlebih lagi, kemampuan menghafal saat ini telah dijadikan tolok ukur kepandaian peserta didik. Hal itu jelas bertentangan dengan taksonomi bloom. 

Mari sebagai guru, membiasakan minimal mencantumkan 20-30% soal yang menuntut peserta didik berpikir tingkat tinggi dalam soal-soal tes tulis. Agar meningkatkan kemampuan berpikir mereka, dan menunjang peningkatan sumberdaya manusia Indonesia generasi penerus bangsa.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Sahabat Pendidikan

Text Widget

Unordered List

Sahabat Pendidikan

Powered by Blogger.